Pendahuluan
Perubahan-perubahan
dalam kehidupan sosial budaya suatu masyarakat menjadi salah satu kunci
lahirnya praktek public relation. Contohnya dapat kita lihat di negara Amerika,
adanya kritik tajam dari kelompok berkepentingan terhadap organisasi berbisnis
telah mendorong dipraktekannya public relation sebagai bagian dari organisasi
untuk merespon tempat organisasi tersebut beroperasi. Di dalam buku kehumasan
yang ditulis Jan Quarles, profesor humas pada RMIT ( Royal Melbourne Institute
of Technology ) praktek dan penelitian tentang
kehumasan di Indonesia digambarkan sangat sedikit. Tulisan ini akan
menggambarkan perkembangan praktek kehumasan, profesi kehumasan, faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan praktek kehumasan di Indonesia, serta
kendala-kendala pengembangan kehumasan di Indonesia.
Sejarah Praktek Humas di Indonesia
Perkembangan
praktek kehumasan di Indonesia dibagi menjadi 4 bagian secara garis besar.
Periode pertama biasa disebut periode perkembangan. Periode kedua, kedatangan
perusahaan multinasional setelah kemerdekaan indonesia. Periode ketiga, adanya
kebijaksanaan dari pemerintah untuk menarik modal asing dengan dikeluarkannya
UU PMA tahun 1967. Periode keempat, ekspansi besar-besaran perusahaan swasta di
Indonesia karena adanya kebijakan deregulasi (perbankan) tahun 1983.
Periode 1: tahap awal
Praktek
humas modern di Indonesia sama usianya dengan usia RI menurut para praktisi
senior di bidang humas. (lihat misal Dahlan, 1978,h. 7, dan muntahar 1985)
begitu juga pendapat W.Noeradi, seperti dikutip Putra, 1996). Menurut Alwi
Dahlan, para pendiri negara RI menyadari sangatlah penting untuk negara baru
dikenal di area internasional setelah kemerdekaan RI, hal tersebut berguna
untuk mendapat pengakuan dari negara lain. Menurut Alwi, usaha-usaha kehumasan
sebelum dan sesudah kemerdekaan sangat besar sumbangannya pada keberhasilan
perjuangan Indonesia untuk menjadi negara merdeka. Usaha ini memang belum dapat
disebut humas, tetapi sebagai kampanye informasi atau sejenisnya. ( Dahlan,
1978, h. 8 ).
Tetapi, usaha konferensi pers yang
dilakukan telah masuk sebagai kegiatan kehumasan. Karena kegiatan ini termasuk
salah satu teknik hubungan media. Selain itu usaha membantu India dengan
mengirimkan beras masuk kedalam kegiatan public relations, dengan pendekatan
manajemen.
Periode Kedatangan Perusahaan Multinasional
Kedatangan
perusahaan multinasional, seperti PT Caltex Pasific Internasional, PT Stanvac
dan lainnya, awal tahun 1950 melahirkan era baru dalam humas di Indonesia. PT
Caltex menggunakan PR untuk memperkenalkan kedatangan mereka di Indonesia
dengan tujuan yang baik. Di saat bersamaan, RRI dan kepolisian RI membentuk
bagian humas dalam struktur organisasi mereka.
Periode Tiga : Pemerintah Orde Baru ( 1966- awal
1980s )
Pada masa ini terdapat tiga hal
menarik yang dapat dipelajari :
1.
Pertumbuhan organisasi
bisnis
Organisasi
bisnis milik swasta ataupun negara mendorong peningkatan kebutuhan akan tenaga
humas. Menurut Alwin Dahlan (1978), akhir 1960 hampir semua departemen
pemerintah mempunyai bagian humas. Perusahaan asing awal 1970-an hampir semua
mempunyai bagian kehumasan. Untuk perusahaan konsultasi kehumasan, tokoh yang
menonjol adalah Dr.Alwi Dahlan (memperoleh PhD dari Universitas Illinois AS
memimpin PT Inscore).
2.
Pembentukan PERHUMAS
(Perhimpunan Hubungan Masyarakat)
Tahun
1972 dibentuk PERHUMAS sebagai usaha untuk meningkatkan profesionalisme para
praktisi humas di Indonesia. Keanggotaan terbatas, dan baru berkembang pada
tahun 1980-an. Kegiatannya berupa konvensi tahunan, menerbitkan news-letter,
tahun 1981menjadi tuan rumah FAPRO.
3.
Terbentuknya BAKOHUMAS
(Badan Koordinasi Hubungan Masyarakat)
Terbentuk
bakohumas berdasarkan SK Menteri Penerangan No.31 tahun 1971. Sebelumnya
terdapat BKS(Badan Kerja Sama) 1967 yang diganti Bakor Humas tahun 1970 karena
dianggap kurang berhasil.
Periode Empat: Pertengahan Tahun 80-an sampai Saat
Ini
Profesionalitas humas baru
berkembang pada masa ini. Meningkatnya praktek humas profesional karena
kebijakan deregulasi ekonomi tahun 1983 dan privatisasi di beberapa sektor.
Dalam periode ini juga lahir sejumlah perusahaan bidang humas, sebagian
merupakan perkembangan perusahaan periklanan. Pembentukan APPRI ( Asosiasi Perusahaan
Public Relations Indonesia ) pada April 1987 merupakan tonggak penting
perkembangan praktek humas di Indonesia. Perusahaan humas juga mengalami
pertumbuhan. Pada tahun 1994 ada sekitar 90 perusahaan PR yang 55 diantaranya
menjadi anggota APPRI.
Periode Lima: Pasca Orde Baru
Reformasi politik yang terjadi sejak
tahun 1998 berimplikasi pada pengakuan terhadap kebebasan berkomunikasi, yakni
adanya pengakuan jaminan terhadap hak untuk memperoleh dan menyebarkan
informasi. Dengan adanya kebebasan ini, praktek humas yang dijalankan oleh
organisasi pun harus siap mengantisipasi, terutama yang berkaitan dengan
kebebasan pers, karena pers kini tidak lagi takut untuk membongkar
praktek-praktek buruk perusahaan dan pemerintah. Jadi era reformasi atau
praktek humas yang ada sekarang semestinya sudah mengarah pada model humas
simetris dua arah seperti yang diusulkan oleh Gruning sejak lebih dari dua
puluh tahun yang lalu.
Faktor Pendorong Perkembangan Praktek Humas
Liberalisasi
perekonomian Indonesia telah menciptakan pertumbuhan dunia usaha yang cukup
dramatis. Ini akhirnya menentukan pertumbuhan akan kebutuhan praktisi humas
yang berkualitas. Di samping itu, yang ikut mendorong meningkatnya kebutuhan
akan praktisi humas, perbaikan dalam kondisi sosial politik sedikit banyak juga
mempunyai andil dalam interaksi bisnis dan masyarakat. Juga karena masyarakat
Indonesia yang menjadi lebih dinamis dan kritis, meningkatnya tingkat
pendidikan masyarakat, adanya proses alih generasi dan meningkatnya perusahaan
go publik, pengenalan teknologi komunikasi baru, serta globalisasi yang
menyebabkan praktek humas berkembang.
Antar Struktur dan Profesionalisme
Penempatan bagian humas yang cukup
beragam dalam struktur organisasi mungkin penyebab perdebatan kaitannya
mengenai perhumasan. Seharusnya humas ditempatkan di struktut tertinggi di
perusahaan untuk pengambilan keputusan dsb. Tetapi pada kenyataannya kegunaan
humas dalam perusahaan seringkali hanya berada di tingkat bawah.
Kekurangpahaman terhadap apa sesungguhnya humas mungkin seringkali menjadi
penyebab kesalahan penempatan humas. Juga kurangnya profesionalitas humas
karena banyak orang yang menjadi humas tetapi bukan berasal dari pendidikan
kehumasan.
Kesimpulan
Perkembangan
praktek kehumasan di Indonesia bukanlah praktek baru yang muncul setelah boom
pertumbuhan ekonomi, tetapi telah dimulai sejak Indonesia memproklamirkan diri.
Walaupun sudah cukup tua, tetapi persoalan profesionalisme masih menjadi
ganjalan yang cukup berarti. Hal ini mungkin karena pandangan pemakai yang
kurang tepat terhadap makna humas yang sesungguhnya. Masalah profesionalitas
mungkin juga karena ketiadaan pendidikan yang cukup memadai bagi praktisi
humas. Dapat dikatakan bahwa perlahan humas akan menjadi lebih profesional di
masa mendatang, karena usaha yang telah dilakukan oleh organisasi profesi humas
dan mulai tumbuh lembaga pendidikan tinggi yang mengajarkan ketrampilan tentang
humas.
0 komentar:
Posting Komentar